Pages

Jumat, 06 April 2018

Solo Trip Singapore 3D2N - Part 3 : Kaki Berkonde di Singapore


Selamat datang di posting ke-3 soal gue di Singapore!!!


Seperti gue udah cerita, tujuan jalan-jalan gue kali ini lebih banyak ke daerah taman dan tempat-tempat yang mengharuskan gue jalan kaki. Makanya, judul episode kali ini adalah Kaki Berkonde di Singapore. Karena gue emang pulang dengan kaki berkonde alias betis pegel abissss... Gila ya gue, mau olahraga aja mahal banget ke Singapore! LOL.

Kisah jalan-jalan gue dimulai dari setelah gue mandi di hostel, lalu nyamperin temen gue si Fanny, yang kerja di Parkview Square, Bugis. Kenapa gue nyamperin dia? Karena kantor dia ini punya arsitektur yang WOW! Terkenal dengan nama Gedung Batman karena bentuk gedungnya yang ngingetin kamu sama Gotham City, di dalam gedung ini juga ada bar yang punya nuansa The Great Gatsby, Atlas Bar. Keren banget deh pokoknya!

Sayang, karena gue baru datang sekitar jam setengah tujuh malam, barnya udah buka dan turis nggak boleh masuk ke dalam bar buat foto-foto. Padahal kalau siang boleh lho. Akhirnya gue cuma foto sama lemari ginnya aja yang legendaris itu. Di halaman luar terdapat beberapa patung dan mungkin kalau gue datangnya siangan dikit akan sangat cantik foto-foto di situ. Sayangnya, cuaca udah menggelap dan banyak angin.


Kalo ada yang pesen gin, bartender cewek-nya bakal "terbang" ambil botol di lemari di belakang gue

Kalau mau ke Parkview Square, dari MRT Bugis kamu tinggal pilih Exit E dan kamu akan berada di The Duo Building. Tinggal jalan dan nyebrang jalan kecil gitu, sampe deh!!! Bisa masuk tanpa diperiksa dan ditanya ini-itu, dan pastinya gratis!! Ini emang salah satu tempat buat turis foto-foto kok.

Foto di depan Parkview Square dulu. Angin kenceng bangeeet...

Abis dari Parkview Square, gue dan Fanny jalan ke Chijmes (baca: caims) di Victoria Street. Ini adalah bangunan gereja, dulu juga bekas sekolah Katolik gitu. Di depan Chijmes yang cantik ada hamparan rumput hijau palsu di mana kita bisa duduk-duduk santai sambil dengerin live music. Ada beberapa sandbag disediain buat kita leyeh-leyeh. Nggak perlu beli makanan walau di sekitar situ banyak restoran. Jadi lagi-lagi, gratis.



Live Music bikin suasana romantic. Lalalala... Tapi itu rumputnya rumput palsu lho.

Setelah Chijmes, perjalanan--oiya, kami jalan kaki lho!--berlanjut ke daerah Raffless Place yang rameee banget sama instalasi-instalasi seni. Tujuan akhir kami adalah Marina Bay Sands buat nonton pertunjukan air mancur Spectra dan kami jalan kaki dari Raffles Place ke Marina Bay Sands sambil liat-liat atraksi yang ada. Sebenernya instalasi seninya sih buat gue nggak penting, kayak misalnya sampah botol air mineral ditempel-tempel trus digantung, trus ada jantung gede yang berdetak, dll. Tapi buat penikmat seni, mungkin ini jadi pertunjukan menarik.

Ini jadi foto wajib selain mangap di depan Merlion

Sampe depan Marina Bay Sands buat nonton Spectra yang jam 9 malam (jadwal Spectra bisa dicek di sini), ternyata tempat duduk sudah penuh, saudara-saudara! Gue sama Fanny akhirnya cuma berdiri aja deh walau kaki udah berasa pegel. Maklum ya, orang Jakarta jarang jalan kaki.... Pas acara air mancurnya mulai, ternyata nggak beda sama orang Jakarta, orang-orang yang tadinya duduk tertib pada berdiri dan ngeluarin HP buat ngerekam! Ugh bete banget, karena gue jadi nggak bisa ngeliat atraksi air mancurnya dengan jelas. Untuk pertunjukan air mancurnya sendiri, sebenarnya lumayan cantik karena ada permainan lampunya juga, tapi sayang gue nggak ngerti ceritanya. Menurut Fanny, dulu ada ceritanya gitu dan lebih bagus dari yang gue tonton ini. Ya sudahlah ya. Diriku mungkin memang sedang tidak beruntung saja. Oiya, selama kamu nggak naik ke atas Marina Bay Sands, ini semua gratis lho yaa...

Itu jalan-jalan gue di hari pertama. Di hari kedua, di sinilah rencana gue mulai berubah, dari awalnya mau ke Gardens by the Bay dan Marina One, gue diajak Fanny ikutan acara anak-anak gerejanya, "Jalanin Yuk!!" ke Mount Faber dari Vivo City. Pagi-pagi jam 7-an pas gue bangun, ternyata daerah Chinatown hujan, saudara-saudara! Padahal malam sebelumnya puanasnya minta ampun. Untung karena daerah hostel gue di Smith Street ada kanopinya, gue bisa jalan ke tempat breakfast yang dikasih hostel gue. Tempat breakfast gue ternyata sebuah kedai bersejarah juga, namanya Nanyang Old Coffee, terkenal sama kopinya yang bercitarasa jadul. Makanannya sih biasa, tapi kopinya enaaakk buangeettt... Kalo kamu pencinta kopi dan nyari kopi bergaya jadul, kamu harus mampir ke sini. Nyarinya gampang kook... Kalo naik MRT, dari stasiun Chinatown tinggal jalan lurus sampai Pagoda Street habis, belok kanan sampai dua gang (Temple Street, trus Smith Street) lewat. Ketemu bangunan ini, sampai deh!


Hujan lalu berhenti. Gue pun pergi ke tempat ketemuan di Vivo City. Ngaret setengah jam dari waktu yang dijanjikan, jam 9 pagi cuaca udah cerah dan gue bersama Fanny dan kawan-kawan pergi ke Marang Trail yang terletak di belakang stasiun MRT Harbourfront. Marang Trail punya jalan tangga menanjak tinggi yang ngebikin lumayan ngos-ngosan, dan berakhir di kompleks Mount Faber. Setelah sampai Mount Faber, kami berjalan kaki menyusuri jalan aspal menuju Henderson Wave. Henderson Wave ini adalah jembatan cantik dengan kayu-kayunya yang meliuk dan pemandangan hijau di sekitarnya, beneran spot foto instagram banget deh! Karena terletak di puncak tertinggi Singapore, kita juga bisa ngeliat kota Singapore dan laut dari sini. Pemandangannya indah, udaranya juga segar. Nggak heran, banyak yang berolahraga di sini atau sekadar duduk-duduk menikmati udara pagi di tempat duduk yang disediakan.

Foto-foto sama temen baru. Banyak yang istirahat sampe tidur lho di sini! Gue dan Fanny, temen gue, yang paling depan.

Dari Henderson Wave, kami masuk ke Telok Blangah Hill Park, yang merupakan bagian dari Southern Ridges, alias rangkaian hutan kota Singapore bagian selatan (Mount Faber Park, Telok Blangah Hill Park, Hort Park, Kent Ridge Park, dan Labrador Nature Reserve). Kami berjalan di jembatan tinggi sehingga bisa mengamati pohon-pohon dan burung-burung cantik yang bertenggeran dengan lebih dekat. Suasanya asyik banget, apalagi karena cuaca kembali mendung jadinya nggak panas sama sekali. Sementara kami mengambil jalur menurun karena kami dari arah Mount Faber, banyak juga orang yang mengambil jalur menanjak. Hebat banget sih, soalnya ini aja kami udah keringetan! Jalur berakhir di Alexandra Road. Akhirnya, peradaban! Hehe.

Jalan-jalan sehat. Kalo kamu beruntung, bakal bisa denger suara burung nyanyi juga lho!

Setelah sampai di Alexandra Road, kami berjalan ke Ikea Alexandra untuk makan siang. Gue baru tau kalo Ikea ada dua di Singapore. Satunya lagi di Tampines, yang pernah gue kunjungi di tahun 2009. Sebenarnya jaraknya cukup jauh. Kalau di Jakarta sih gue pasti naik Gojek. Tapi berhubung Singapore punya trotoar yang cukup lebar dan nyaman, kami pun jalan kaki ke sana. Perjalanan melewati The Interlace Condo yang terkenal karena bentuknya yang seperti peti kemas ditumpuk asal.

The Interlace Condo. Credit Mui Mui @ propertyguru.com.sg

Ikea Alexandra ukurannya nggak begitu besar dan terkesan padat. Beda sama yang di Tampines, yang lebih banyak spot foto-foto cantiknya. Tapi untuk urusan tempat makan, sama serunya lah. Buat pemakan babi, di sini kamu bisa makan iga babinya niih yang slllrrrrppp banget... Tapi kalo gue sih cukup salmon asap sama salad aja. Abis olahraga kalo dimasukin makanan terlalu berat bisa mules gue, padahal WC umum Singapore gak punya air semprotan. Males ribet. Hehe.

Pesan salad dan salmon asap ini plus minum free flow ngga sampe SGD 10. Murmer dan ueeenak!!

Selesai dari Ikea, gue dan Fanny naik bis ke Gardens by the Bay melalui Marina Bay Sands. Sayang sekali pas kami sampai sana hujan guedeeee, saudara-saudara! Terpaksa beli tiket shuttle bus SGD 3 buat ngebawa gue dan Fanny ke Flower Dome dan Cloud Forest yang indoor. Padahal tadinya mau jalan kaki sambil liat-liat tamannya yang kece. Flower Dome dan Cloud Forest adem banget, cenderung ke dingin malah karena AC-nya. Di Flower Dome, bunga-bunga dikelompokkan menurut daerah asalnya, misalnya Afrika, Amerika, dll. Karena menjelang mekarnya bunga sakura, di bagian tengah juga terdapat taman sakura yang bergaya Jepang banget lengkap dengan miniatur bangunan tradisionalnya. Sayang, bunga sakuranya belum mekar banyak. Maklum, target berbunganya memang awal April. Selain itu, banyak umbi tulip juga. Kalau kamu ke Singapore bulan April ini, kamu beruntung banget nih, bisa lihat sakura dan tulip sedang mekar-mekarnya!

Warna-warni!!!

Sementara itu, Cloud Forest merupakan "bukit" buatan di mana pengunjung diajak untuk berjalan menanjak, kemudian naik lift menaiki bagian dalam bukit dan kemudian dari puncak turun satu tingkat demi satu tingkat untuk melihat berbagai display yang ada di dalam "bukit". Sementara berjalan menanjak, kita akan disuguhi berbagai macam tanaman dan bunga, tapi buat saya yang paling cantik adalah taman anggrek-nya.

Ini bukit bunganya. Di dalamnya banyak "kejutan"!!!
Anggrek favorit gue!! Cantik buangett!!!
Warna-warni

Selesai dari Cloud Forest, hujan pas banget udah berhenti. Tapi sayang, cuaca jadi panas banget. Matahari bersinar terik. Udah kayak di Jakarta aja deh, cuacanya labil. Karena kayaknya nggak memungkinkan menjelajahi taman outdoor, gue pun memutuskan untuk pulang saja ke hostel buat mandi dan bersiap-siap untuk bertemu teman gue, si Indi, yang udah dari SMP tinggal di Singapore dan sekarang udah merit dan punya anak.

Sementara menunggu jam ketemuan sama Indi di Plaza Singapura, gue sempet jalan-jalan ke Buddha Tooth Relic Temple yang terletak nggak jauh dari hostel. Tempatnya sih yaa klenteng biasa sebenernya, cuma emang cantik dan banyak patung Buddha-nya. Gue nggak ambil foto di sana karena ternyata pas gue dateng ada hari ibadah gitu. Yang pasti, masuk ke sana nggak dipungut bayaran dan ingat, karena ini tempat ibadah, pakai baju yang sopan. Celana juga sebaiknya celana panjang. Sebenernya Buddha Tooth Relic Temple ini sebelahan sama Sri Mariamman Temple yang merupakan tempat ibadah agama Hindu, tapi gue nggak masuk ke sana karena udah keburu ngejar waktu janjian sama Indi.

Perjalanan sisa hari kedua tidak ada yang menarik karena saya cuma bertemu teman di Plaza Singapura dan mengatur acara untuk hari ketiga. Di hari ketiga, Indi, bersama suami dan anaknya, mengajak saya ke Singapore Botanic Garden buat brunch di salah satu restoran di sana, The Halia. Walau masuk Singapore Botanic Garden nggak bayar alias gratis, makan di The Halia ini lumayan mahal yaa... dan butuh reservasi dulu karena peminatnya banyak. Setelah makan di The Halia, kami ke National Orchid Garden-nya yang terkenal dengan anggrek-anggrek hybrid yang dinamai dengan nama tokoh dunia. Masuk sini bayar SGD 5, tapi karena musim liburan sekolah, untuk warga negara dan PR Singapore gratis dan saya pun dibayari teman saya karena dia, suami dan anaknya gratis tiket masuk. Hahahaha...

Bangga makan di The Halia yang harus pake reservasi terlebih dulu. Hehe. Spaghetti Chili Crabnya enaaak!!!

Anggrek oh anggrek... Btw petugasnya ga asik nih, lagi mau foto, dia malah ngarahin air semprotannya ke bunganya. haha.
Ada tempat-tempat yang sengaja diatur buat jadi photo spot. Ini salah satunya. Turis-turis dengan tertib antre buat foto, bahkan bisa dimintain tolong ambil foto kita.

National Orchid Garden ini punya koleksi anggrek yang sama cantiknya dengan di Cloud Forest, tapi bedanya, anggrek-anggrek di sini hidup tanpa AC alias langsung kena panas matahari. Nggak heran, siang bolong pun anggrek-anggrek ini disemprot air juga. Tempat anggrek-anggrek hybrid terletak di bangunan di puncak taman. Pertama kali masuk, kita akan bertemu anggrek Queen Rania yang anggun dan cantik. Setelahnya, ada anggrek Lady Diana, Pak SBY, Ibu Tien Suharto, dan lain-lain yang bentuknya unik-unik dan cantik banget!!! A must visit nih buat kamu penggemar bunga!

Queen Rania yang cantik

Setelah puas melihat-lihat anggrek, saya diantar teman ke Changi Airport karena saya harus pulang ke Jakarta (hix!). Flight saya sih jam 5 sore, tapi saya sudah sampai jam setengah 3 di Terminal 4 karena apa??? Saya pengin jalan-jalan dulu di Terminal 4 ini. Changi punya fasilitas yang memanjakan penumpang di setiap terminalnya. Khusus untuk Terminal 4, yang unik adalah desain peranakannya. Ada mini museum peranakan di lantai 2 dan juga film Peranakan Love Story (nonton di sini) di pojok kiri bangunan. Ada juga kursi malas, tempat menonton film, dan tempat bermain game. SERU ABIS!!

filmnya diputer di sini. Nanti salah satu jendela terbuka dan muncul tokoh-tokohnya seakan-akan dari dalam rumah.

Menunggu pesawat datang rasanya nggak akan terasa bosan di Changi. Dan ya, benar, tiba-tiba gue udah harus masuk pesawat aja. Pengalaman gue ke Singapore kali ini terasa istimewa karena gue mengunjungi tempat-tempat yang kebanyakan bukan destinasi favorit orang Indonesia daaan... Nyaris nggak bayar (cuma ke Flower Dome dan Cloud Forest yang bayar) hehehe. Kalian bisa coba liburan ala saya, dan mungkin bisa lebih hemat kalau dapat tiket pesawat promo.

Btw, ini pos terakhir cerita Singapore gue ya. Tadinya mau pos soal makanan tapi gue sadar kalo makanan gue kurang menarik. Hahahaha. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...